Kamis, 29 September 2011

Menabung & INVESTASI

Menabung dan berinvestasi memiliki  persamaan dan perbedaan sekaligus walaupun sebagian besar menganggap sama. Persamaan yang ada pada menabung dan investasi yaitu pengalokasian penghasilan atau harta yang dimiliki saat ini untuk tujuan hari yang akan datang. Sedangkan perbedaannya meliputi sarana, jangka waktu yang dialokasikan, keuntungan dan resiko.
Sarana. Sarana menabung dalam masyarakat tradisional seperti petani misalnya menabung hasil panen bulan ini untuk bulan bulan berikutnya dalam lumbung padi. Sarana tradisional lainnya seperti menyimpan uang dalam tabung bambu dan celengan terbuat dari tembikar atau kaleng.
Dalam masyarakat yang lebih modern menabung harta dan uang pada bank dalam bentuk deposito atau menyimpan emas. Adapun investasi memiliki sarana yang lebih banyak walaupun kadang-kadang tidak disadari oleh orang yang telah melakukan.
Sarana investasi antara lain asset tetap berupa emas, tanah, bangunan, lukisan berharga, barang antic dan lain-lain. Sedangkan asset yang tidak berwujud antara lain berupa surat-surat berharga seperti obligasi, reksadana dan saham.
Jangka waktu. Sarana menabung tersebut umumnya berorientasi dalam jangka pendek yaitu dalam 1 atau 2 tahun saja sedangkan sarana investasi berorientasi jangka menengah antara 3 - 5 tahun dan jangka panjang diatas 5 tahun.
Keuntungan dan Resiko. Keuntungan menabung dan investasi sangat banyak dibandingkan perilaku inefisiensi yang  boros tanpa antisipasi masa depan dengan baik. Bagaimanapun peribahasa hemat pangkal kaya dan larangan besar pasak daripada tiang masih relevan hingga kini. Keuntungan menabung dalam instrument tersebut diatas yaitu sifatnya yang likuid, mudah dicairkan juga tidak terkena biaya administrasi sebagaimana menyimpan uang di bank.
Kerugian menabung secara tradisional dana tidak tumbuh oleh pendapatan bunga atau bagihasil. Adapun resiko menabung secara tradisional adalah kehilangan uang secara mudah karena minim pengamanan yang memadai. Menabung dalam bambu atau celengan juga memiliki kelemahan tidak mampu menyimpan dana dalam jumlah besar. Sedangkan menabung pada bank dalam bentuk deposito sedikit lebih aman dibandingkan cara tradisional karena dilindungi oleh system perbankan yang modern.
Keuntungan lainnya dana yang ditabung di bank mendapatkan bunga/ bagi hasil. Tetapi resiko menabung di bank tetap ada yaitu macetnya dana apabila terjadi krisis keuangan dan perbankan. Perlindungan pemerintah hanya pada nilai Rp 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah). Kerugian lain yang sering tidak disadari adalah nilai dana yang meskipun telah ditambah bunga dan bagi hasil tidak mampu mengimbangi inflasi.
Keuntungan investasi pada emas, tanah, bangunan, obligasi, reksadana dan saham dibandingkan pada deposito adalah kemampuan investasi bertahan dan bertumbuh diatas nilai inflasi. Kerugian investasi diantaranya memerlukan waktu yang panjang untuk dapat mendapatkan nilai pertumbuhan asset yang tinggi. Pendapatan yang tinggi dalam investasi disebabkan partisipasi yang dekat/ langsung dalam permodalan perusahaan. Tidak seperti bank yang menempatkan nasabah sebagai pemodal pasif dalam dunia usaha. Dengan partisipasi yang dekat/ langsung dalam permodalan perusahaan tentunya resiko investasi menjadi tinggi dibandingkan resiko menabung di bank. Manajemen resiko yang baik diperlukan untuk mendapatkan hasil investasi yang optimal dengan resiko minimal.
Dengan masing-masing kelebihan dan kekurangannya, menabung dan investasi perlu dikelola dengan komposisi yang proporsional untuk manajemen dana keluarga.

Dana Amal dalam Perencanaan Keuangan Keluarga

Charity sebagai tanggungjawab social dengan menyisihkan sebagian pendapatan untuk orang lain, lembaga keagamaan, lembaga social dan lain-lain merupakan bagian tidak terpisahkan dari kegiatan perencanaan keuangan keluarga. Perencanaan keuangan yang antara lain terdiri dari perencanaan dana darurat, asuransi, dana pendidikan, dana pension dan lain-lain sebagai alokasi dari penghasilan saat ini untuk mengantisipasi hari kemudian selama di dunia. Sedangkan dana charity yang disisihkan sebagai bagian dari perencanaan untuk kemudian hari setelah tidak berada lagi di dunia.
Meskipun demikian tidak selamanya dana charity berguna untuk kehidupan setelah tidak berada di dunia. Pengalokasian sebagian penghasilan untuk dana charity dapat pula dinikmati saat masih berada di dunia secara tidak langsung dan kadang-kadang tidak secara sadar. Dana untuk charity atau kebaikan termasuk pos prioritas dalam perencanaan keuangan keluarga, dimana dana charity dapat sebagai pupuk atas penghasilan dari bekerja, berwirausaha dan investasi.
Dengan meyakini charity sebagai kebaikan dan secara konsisten menyisihkan kekayaan untuk kebaikan dapat menghadirkan ketenangan batin, memperluas persahabatan, persaudaraan dan menghindarkan dari berbagai macam musibah yang serius. Dana charity bisa menjadi pintu rejeki dengan luasnya persahabatan dan persaudaraan. Dana charity bisa pula sebagai penjaga harta dan investasi yang telah ditanamkan, karena apabila dilakukan dengan penuh keyakinan dan kesungguhan dapat menghindarkan dari musibah yang serius.
Musibah yang sering terjadi secara serius dapat menyebabkan perubahan dalam perencanaan keuangan. Sebagai contoh apabila sering terjadi sakit berat, sering kecelakaan, sering berurusan dengan aparat yang berwajib dan lain-lain dapat mengakibatkan tabungan terkuras sehingga lama-lama bisa mengambil dana investasi yang sebelumnya direncanakan untuk jangka panjang. Idealnya manusia hidup tidak bisa luput dari musibah dan masalah, tetapi jika sering mengalami musibah dan masalah tentu ada yang perlu dievaluasi. Tetapi dalam perencanaan keuangan telah dialokasikan dana darurat dan manajemen resiko, sehingga musibah dan masalah yang ada cukup dianggarkan dari dana darurat tersebut. Kesulitan muncul jika dana darurat yang dibentuk sendiri termasuk asuransi tidak mampu mengcover musibah dan masalah yang terjadi. Bisa – bisa harta yang sedianya untuk investasi seperti deposito, emas, property dan lain-lain melayang demi penyelesaian musibah dan masalah yang ada.
Saatnya mengalokasikan dana charity untuk kebaikan dalam perencanaan keuangan keluarga. Sebagaimana menabung dan investasi yang harus dialokasikan didepan pada saat menerima penghasilan, maka baiknya alokasi dana charity juga dilakukan pada saat memperoleh penghasilan. Menabung, investasi dan charity sebagai prioritas di depan yang tidak boleh dilakukan menunggu sisa penghasilan akhir bulan.
Dengan mengalokasikan dana charity dalam perencanaan keuangan akan diperoleh manfaat penghasilan dan manfaat investasi yang bertumbuh.

Menyikapi Gaji Pas-pasan

Gaji pas-pasan merupakan pernyataan klise bagi sebagian besar karyawan baik PNS maupun swasta. Pas-pasan sebagai sebuah perasaan dan fakta yang terjadi sebagai sebuah relativitas yang harus dapat disiasati dengan tenang. Pas-pasan disebut relative karena sangat tergantung dari berbagai macam situasi, kondisi, sudut pandang, emosi dan jangka waktu tententu.
Berdasarkan fakta yang ada, tidak dipungkiri memang ada sebagian lapisan masyarakat yang sangat wajar apabila disebut berpenghasilan pas-pasan. Diantara mereka ada yang hasil kerja hari ini untuk hari ini saja, sangat sulit untuk dapat menyisihkan hanya sekedar untuk besok. Kondisi ini dapat dimaklumi karena keterbatasan ilmu, pendidikan yang rendah, akses informasi bahkan mental menerima apa adanya tanpa keinginan belajar dan melatih skill pekerjaan.
Bagi karyawan dengan pekerjaan dan penghasilan tertentu yang merasa pas-pasan baiknya meneliti kembali dengan tenang, pikiran jernih, instrospeksi secara mendalam penyebab pas-pasan tersebut. Karena bisa jadi penyebab gaji terasa pas-pasan adalah pengeluaran yang terlalu besar, membandingkan dengan gaji orang lain yang lebih tinggi, pengetahuan/ketrampilan yang kurang sehingga imbalan menjadi kecil.
Tips berikut ini bisa mengatasi sebagian dari masalah gaji pas-pasan:
  1. Mengatur pengeluaran. Untuk mengukur sejauh mana pengaruh penghasilan dengan pengeluaran, dapat diidentifikasi besaran pos-pos biaya hidup terhadap penghasilan. Pos-pos pengeluaran yang tidak perlu bisa dihapus atau dikurangi demi menyesuaikan dengan penghasilan. Sehingga pendapatan yang sebelumnya dirasakan pas-pasan bisa terasa cukup bahkan bisa sedikit surplus untuk ditabung. Factor pikologis sangat penting dalam mengatur pengeluaran utamanya dalam menghapus atau mengurangi pos-pos biaya hidup. Focus pada tujuan yang kuat dan komunikasi dengan pasangan penting dalam menyesuaikan penghasilan dengan pengeluaran agar tidak terasa pas-pasan.
  2. Tutup mata terhadap penghasilan orang lain yang lebih besar. Setiap orang  yang lahir di dunia telah digariskan rizki, jodoh dan batas usianya. Menutup mata terhadap rizki orang lain artinya jangan serta-merta terpendam perasaan “iri yang negative” yaitu iri dengan rizki orang lain tanpa memandang prestasi, masa kerja dan dedikasi pihak yang kita anggap memiliki penghasilan lebih besar. Berpikir positif terhadap orang yang penghasilannya lebih besar yaitu dengan belajar dari orang tersebut bagaimana bekerja, berdedikasi, keterampilan dan pengetahuannya. Dengan sedikit merendahkan hati, lambat laun kualitas kerja dan pengetahuan akan setara dengan pihak yang kita anggap berpenghasilan lebih besar.
  3. Menambah pengetahuan dan melatih keterampilan. Hasil dari instrospeksi pada nomor.2 diatas baiknya memotivasi kita untuk senantiasa menambah pengetahuan dan melatih keterampilan berhubungan dengan pekerjaan yang digeluti sekarang. Dengan sedikit merendahkan hati, mari berinstropeksi bila gaji yang diterima saat ini terasa sedikit/ pas-pasan bisa jadi pengetahuan dan skill masih dianggap kurang. Bekerja jadikan sebuah proses belajar yang dibayar. Saat sekolah dan kuliah kita membayar untuk diberi tugas dan dimarahi, maka harus berbesar hati untuk terus belajar saat bekerja diberi tugas,dimarahi,dikritik namun dibayar. Pengetahuan dan keterampilan di luar urusan kerja bisa juga dipelajari untuk mengembangkan pribadi yang multi talent dan multi skill. Dengan demikian kita siap dipindahkan ke bagian lain yang lebih menantang dengan imbalan yang lebih baik dari sebelumnya.      
  4. Bekerja atau berbisnis part-time. Apabila telah merasa memiliki pengetahuan dan keterampilan lebih dari proses menambah pengetahuan dan melatih keterampilan, adakalanya peningkatan kapasitas tersebut belum dihargai tempat kerja. Bekerja part-time untuk menguji keilmuan dan keterampilan baru perlu dipraktekkan sekalian untuk menambah penghasilan. Tidak perlu berhitung terlalu detil soal imbalan yang akan diperoleh dalam bekerja part-time, minimal tidak rugi secara ongkos transport, konsumsi dan akomodasi. Nikmati sebagai proses mengasah pengetahuan, keterampilan dan menjalin relasi lebih luas. Saat menawarkan jasa atas pengetahuan dan keterampilan tersebut sesungguhnya sudak termasuk kategori berbisnis. Perlu mencari peluang bisnis menjual barang untuk rekan kantor atau masyarakat diluar kantor apabila masih belum percaya diri menawarkan jasa pengetahuan/keterampilan. Yang perlu diperhatikan lebih penting lagi dalam bekerja atau berbisnis part-time ini adalah kelihaian dalam mengatur waktu dengan waktu kerja yang utama yang saat ini anda geluti.
  5. Keluar dari pekerjaan. Sebagai pilihan terakhir apabila semua usaha untuk mengatasi gaji yang pas-pasan telah dilakukan. Dalam proses bekerja atau berbisnis secara part time tidak menutup kemungkinan mendapat hasil yang lebih banyak dan lebih menjanjikan dari hasil dari pekerjaan sebagai karyawan yang dijalani saat ini. Keluar dari pekerjaan hendaknya diniatkan dengan niat yang tulus dan cara yang baik. Niat yang tulus diantaranya untuk lebih dekat dengan keluarga, menambah penghasilan demi kesejahteraan keluarga. Cara yang baik keluar pekerjaan akan memberikan proses alih tugas secara mulus. Jangan rugikan tempat kerja dengan resign secara mendadak dan memutuskan hubungan. Hargai tempat bekerja sebelumnya sebagai salah satu tempat pencatat perjalanan hidup dalam menuntut ilmu dan pengalaman. Siapa tahu dapat order dari hubungan yang masih terjalin baik dengan tempat kerja sebelumnya.